Dalam dunia pahlawan kemerdekaan Indonesia, nama Abdul Rahman Perdanakusuma mungkin belum begitu terkenal. Namun, kisah perjuangannya di medan pertempuran tidak hanya melibatkan Indonesia, tetapi juga membawanya hingga ke front terdepan di Eropa.
Daftar Isi
Lahir dan besar di Sampang Madura pada 18 November 1922.
Lahir dan besar di Sampang Madura pada 18 November 1922, Halim Perdanakusuma memiliki semangat petualangan yang tak terbatas. Ia menjelajah keluar Indonesia bersama prajurit Belanda, dan petualangan ini membawanya hingga ke tanah Australia. Namun, keinginan lebih besar mendorongnya melanjutkan perjalanannya hingga ke Inggris, di mana ia mendapatkan kesempatan emas sebagai seorang pilot yang ditugaskan ke front Eropa selama Perang Dunia II.
Pendidikan Halim di bawah pemerintahan kolonial Belanda.
Pendidikan yang didapatkan Halim saat itu tergolong mewah, mengingat masa itu masih di bawah pemerintahan kolonial Belanda. Ia bahkan sempat sekolah di sekolah setingkat SMP dengan bahasa pengantar Belanda. Namun, semangat patriotisme membawanya untuk bergabung dengan militer Inggris saat Hindia Belanda jatuh ke tangan Jepang pada awal tahun 1942.
Lukisan unik Halim yang mengesankan.
Salah satu hal unik yang terjadi dalam perjalanannya adalah ketika Halim menghabiskan waktu luangnya dengan melukis seorang panglima Armada Inggris, Laksamana Mountbatten, di India. Lukisan tersebut memikat perhatian sang panglima, dan Halim diberikan kesempatan untuk meneruskan pendidikan militer di Inggris, yang kemudian ia terima dengan baik.
Halim sebagai bagian dari misi pengeboman.
Setelah diterbangkan ke Gibraltar dan mendarat di Kanada, Halim Perdanakusuma menjalani latihan navigasi dari Angkatan Udara Kanada Royale. Selanjutnya, ia bergabung dengan kru pengeboman pasukan sekutu yang diterjunkan ke medan perang Eropa. Halim bertugas di Skadron pembom dengan pesawat Lion Chester dan Liberator.
Selama perang Eropa berkecamuk, Halim bersama prajurit sekutu lainnya menjalankan misi pengeboman sebanyak 42 kali, yang berhasil melancarkan serangan udara atas wilayah Jerman dan Perancis. Prestasinya ini membuatnya dikenal sebagai “The Black” oleh Angkatan Udara Kerajaan Inggris.
Pengabdiannya pada Indonesia setelah perang.
Setelah perang usai, Halim Perdanakusuma pulang ke Indonesia dan bergabung dengan Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI), yang kemudian menjadi bagian dari TNI Angkatan Udara. Diangkat sebagai perwira operasi dengan pangkat Komodor Muda Udara, Halim terlibat dalam misi penting, termasuk operasi rahasia untuk menyerang markas Belanda lewat udara.
Kecelakaan tragis yang mengakhiri hidupnya.
Meski misi ini tidak terlupakan, kecelakaan tragis saat ia menerbangkan pesawat Evereeson di Tanjung Hantu, Semenanjung Malaya, mengakhiri hidupnya yang gemilang pada usia 25 tahun.
Namun, warisannya tetap hidup, dan nama Abdul Halim Perdanakusuma diabadikan sebagai pangkalan udara di Jakarta Timur. Kisah perjuangannya menginspirasi banyak generasi, dan ia akan selalu dikenang sebagai salah satu tokoh kedirgantaraan terbaik yang dimiliki Indonesia.
Sumber Foto : civitasbook