Scroll untuk baca artikel
Sejarah

Wanita dan Sifat Orang Madura

1018
×

Wanita dan Sifat Orang Madura

Sebarkan artikel ini
Tari Kabupaten Sampang Foto by Sampang.web.id
Tari Kabupaten Sampang Foto by Sampang.web.id

Catatan VOC Daghregister tanggal 15 September 1624 “Orang Madura nyatanya bukan hanya laki-laki yang ikut berperang, akan tetapi perempuan pun ikut berperang dan peperangan tersebut tidak kalah dari laki-laki. Apabila ada laiki-laki yang luka dibagian punggungnya, maka oleh tentara wanita dibunuh sekalian, sebab dibagian punggung tersebut menunjukkan laki-laki tersebut melarikan diri dari peperangan yang kemudian dikejar oleh musuh sampai berhasil dilukai. Akan tetapi lukanya dibagian depan, maka oleh para wanita madura segera di obati, karena luka yang demikian menunjukkan bahwa luka yang diakibatkan dari pertempuran yang berhadap-hadapan. “

Dari penggalan-penggalan kalimat tersebut, memberikan gambaran bagaimana wanita Madura sangat berperan dalam membantu keberhasilan perjuangan kaum laki-laki. Disamping itu, para wanita Madura berperan besar dalam membangun karakter kaum laki-laki Madura sebagai pejuang yang tangguh, pantang menyerah dan berjiwa kesatria dalam membela kehormatan dan kedaulatan bangsa dan negaranya.
Nilai-nilai inilah yang senantiasa diturunkan dari generasi ke generasi dan karakter tersebut tetap berlanjut dan menjadi bagian integral dalam prinsip-prinsip hidup masyarakat Madura hingga saat ini.
Dengan demikian, dapat ditarik suatu garis tegas bahwa peran wanita Madura memiliki peran setara dengan kaum lelakinya, baik dalam kehidupan sehari-hari, bahkan dalam peperangan sekalipun. Bahkan dalam konteks-konteks tertentu peran wanita Madura terlihat sangat keras dan sangat menentukan keberhasilan kaum laki-laki, tanpa mengesampingkan posisi laki-laki sebagai pemimpin dan pelindung kehormatan wanita.
Keberadaan Belanda di Madura tentu saja menggangu kedaulatan masyarakat Madura yang waktu itu telah memiliki pemerintahan sendiri. Jadi pada saat itu Madura telah mampu menentukan nasibnya sendiri sebagai bangsa yang mandiri.

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten
wanita madura

Bahasa Madura :
Neng taon 1831 Madhura mabada bharisan se e nyamae Corp Bharisan. Corp Bharisan jareya kaangguy makowat pamarentaan e Madhura, se nyatanah Mhadura la andhi’ pamarentaan dhibi’, artena Pamarentaan Hindia Belandha ta’ noro’ ngorose pa-apa se patot elakone ra’yat ban pangraja Madhura.

Bahasa Indonesia :
Pada tahun 1831 Madura membentuk barisan yang diberi nama Corp Barisan. Corp Barisan ini memperkuat pemerintahan Madura, yang sesungguhnya Madura sudah punya pemerintahan sendiri, arinya Pemerintah Hindia Belanda tidak boleh ikut campur terhadap apa saja yang pantas dilakukan oleh rakyat dan para tokoh-tokoh rakyat Madura.

Dari kalimat tersebut dapat dikatakan bahwa sudah sejak zaman dahulu ( baca : jauh sebelum Republik Indonesia Merdeka ) Madura telah menjadi suatu negara yang merdeka dan menerapkan prinsip-prinsip otonomi bagi masyarakatnya. Dengan demikian, menganut prinsip berdiri di atas kekuatan sendiri, yang berhak mengatur dan menentukan nasibnya.

Namun demikian, masyarakat Madura juga menganut prinsip terbuka, menghargai eksitensi dan kedaulatan bangsa lain dan bekerja sama secara proporsional dengan bangsa manapun di dunia ini, tanpa saling intervensi satu dengan yang lainnya. Hal ini terbukti dalam sejarah, walaupun masyarakat Madura memiliki kemampuan dalam pertempuran namun tetap tidak melakukan invasi ke wilayah kekuasaan ( Baca : Kerajaan ) lain. Bahkan sebaliknya para tentara Madura sering dimintai bantuan dalam pertempuran pada jaman Singosari, Majapahit, pertempuran ke Batavia pada jaman pemerintah Islam dibawah pimpinan Raden Fatah, hingga jaman perjuangan Kemerdekaan Indonesia. Hal ini emberikan gambaran bahwa masyarakat Madura sangat menghargai kedaulatan bangsa lain.
Jauh sebelum masa Perjuangan Kemerdekaan Indonesia, Masyarakat Madura pernah diminta bantuan oleh Mataram untuk menghadapi Bupati Blambangan yang ingin memberontak terhadap kekuasaan Mataram. Perlu diketahui, bahwa kerajaan Mataram pernah menjajah Madura, namun karena Mataram meminta bantuan kepada Madura yang pada saat itu dipimpin oleh Bupati Raden Bugan yang kemudian diberi gelar Tumenggung Yudonegara yang berkedudukan di Sumenep Madura. Maka, permintaan Mataram dipenuhi dengan tangan terbuka.

Bahasa Madura :
Mala Mataram e budi are e jhaman saellana jariya lajhu mintah bhantoan Tumenggung Yudonegara kaangguy matellok Bhupate Blambangan se moale onga’ alaban Mataram. Sakejje’ bhai Bhupate Blambangan. Mela dari jhareya bi’ Mataram lajhu e berri’i jhejhuluk Macan Wulung.

Bahasa Indonesia :
Bahkan di belakang hari pada jaman setelah itu, Mataram meminta bantuan kepada Tumenggung Yudonegara untuk menaklukkan Bupati Blambangan, yang mulai menampkkan diri ingin memberontak melawan Mataram. dalam waktu yang relatif singkat Tumenggung Yudonegara dan para prajuritnya berhasil menaklukkan Blambangan. Maka dari itu, Tumenggung Yudonegara oleh Mataram diberi gelar Macan Wulung.

Dalam prinsip masyarakat Madura, Semua bangsa di dunia ini adalah Saudara, dan wajib memberikan pertolongan apabila ada seseorang yang memerlukan bantuan. Bagi masyarakat Madura, Apabila ada seseorang yang membutuhkan bantuan dan percaya penuh pada masyarakat Madura, ini di ibaratkan lebih dekat dari saudara kandungnya sendiri. Bahkan masyarakat Madura rela mempertaruhkan nyawanya sendiri untuk membela kehormatan orang yang meminta tolong dan percaya padanya.

Note :
Bangga ku menjadi Orang Madura

Sumber : http://bagianjawatimur.blogspot.com/