Kampung Madegan, meskipun terletak agak jauh dari pusat keramaian, memiliki kisah penting yang terjalin dalam sejarah perkembangan pemerintahan di Sampang, khususnya di Pulau Madura. Terletak sekitar 3 kilometer dari pusat kota dan berada di tepi pantai yang menjorok ke laut, kampung ini mungkin terasa terisolir dari keramaian kota. Namun, Madegan adalah saksi bisu dari perjalanan panjang sejarah daerah ini.
Sebelum keturunan raja Majapahit tiba di Madura sebagai Kamituwo, kampung ini awalnya adalah sebuah desa. Namanya adalah “Madegan,” yang mengacu pada mata pencaharian utama penduduk setempat: petani garam. Tradisi pertanian garam ini telah diwariskan dari nenek moyang mereka. Penduduk Madegan pada umumnya adalah petani garam dan petani. Mereka memiliki peran penting dalam memasok garam, bahan pokok yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
Di samping pertanian garam, mata pencaharian lain yang umum adalah perdagangan dan penangkapan ikan. Kampung ini juga memiliki komunitas nelayan yang berperan dalam menyediakan sumber daya laut yang penting bagi penduduk Madegan.
Melalui kisah asal usul nama dan mata pencaharian penduduknya, Kampung Madegan membawa kita kembali ke zaman di mana garam menjadi komoditas berharga dan pertanian garam adalah mata pencaharian utama. Sejarah ini mengingatkan kita pada peran penting yang dimainkan oleh kampung-kampung kecil dalam membentuk perkembangan sejarah daerah dan budaya lokal. Kampung Madegan adalah bagian berharga dari warisan Pulau Madura yang patut dikenang dan dijaga.
