Zaki, sapaan akrab dari Abdul Rozak ini menjadi salah satu pemuda dari sekian ribu pemuda Indonesia yang masih eksis untuk memberikan semangat abdinya kepada masyarakat. Seorang anak desa yang terlahir 02 oktober 1997 ini memiliki tekat untuk kembali pada masyarakat pedesaan untuk turut serta memenuhi janji-janji kemerdekaan NKRI yaitu menghadirkan pemerataan.
Melalui latar belakang dirinya sebagai masyarakat desa, semangat pendidikan dimilikinya sejak dirinya masih mengenyam pendidikan sekolah dasar. Dalam pengalaman menempuh pendidikan, Ia yang berasal dari daerah perbukitan Kabupaten Sampang, yakni Kedungdung-Sampang dengan keterbatasan yang sulit dirasionalkan, harapan dan cita-cita besar selalu ia impikan untuk bisa bermanfaat bagi masyarakat desa.
Terlahir sebagai satu-satunya anak yang bersekolah dari beberapa saudara. Keluarga serta saudaranya selalu mendorong dirinya untuk semangat dalam menempuh pendidikan. Apalagi, orang tua yang merupakan pedagang kaki lima tidak lantas membuat dirinya patah semangat.
Hidup di tengah masyarakat yang minim kesadaran pendidikan, sulitnya akses kesehatan. Tidak jarang masalah kematian akibat kurangnya fasilitas untuk ibu melahirkan selalu ia temui. Disamping itu, akses jalan yang begitu minim, sangat tidak memungkinkan masyarakat kota, instansi pemerintah untuk berkunjung ke daerah tersebut.
Perjuangan untuk memperoleh pendidikan sudah dilakukan sejak dirinya masih kecil. Bahkan, ia sudah terbiasa dengan pergi sekolah tanpa memakai alas kaki/sepatu lantaran jarak tempuh menuju sekolah penuh dengan lumpur yang begitu licin.
Perjalanan Sekolah Menengah Pertama, ia harus menempuh puluhan kilometer dengan ojek. Selanjutnya, ia diberi kesempatan untuk mengenyam pendidikan di SMAN 1 Torjun daerah pinggiran kota dan mengharuskan ia untuk indekos karena tidak memungkinkan untuk pulang pergi setiap harinya. Dan saat masa inilah jiwa kepemimpinannya semakin tumbuh dan berkembang saat diberikan amanah menjadi Ketua OSIS. Usaha tidak akan mengkhianati hasil, mungkin itu adalah pepatah yang pas untuk disematkan kepada sosok anak desa ini. Saat perjuangan kerasnya mengantarkan dirinya ke Fakultas Hukum Universitas Airlangga melalui jalur undangan atau SNMPTN.
Dalam perjalanan hidup di desa, ia melihat berbagai macam kondisi masyarakat dengan segala keterbatasan yang ada. Mulai dari sulitnya menempuh pendidikan, susahnya mengakses fasilitas kesehatan dan banting tulangnya masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tetapi sesulit apapun keadaan yang dialami oleh masyarakat desa, senyuman tetap terpancar diwajah mereka sebagai bentuk rasa syukur terhadap karunia tuhan. Dengan konsidi itulah, komunitas yang ia didirikan dinamakan Senyum Desa. Komunitas Senyum Desa merupakan sebuah wadah pengabdian kepada masyarakat ia gagas bersama anak-anak desa yang lain sebagai wujud nyata gerakan perubahan yang ia berikan kepada masyarakat. Didirikan di Kabupaten Sampang pada 2017 silam, tentu kondisi Kabupaten Sampang tidak seperti masa kini.
Kabupaten Sampang yang saat itu masih menjadi daerah tertinggal. Ia bersama sahabat-sahabatnya berniat untuk menyatukan gerak pemuda desa di Kabupaten Sampang tanpa melihat latar belakang pendidikan. Awal pendirian, komunitas senyum desa digerakkan oleh beberapa relawan anak muda yang memiliki jiwa sosial tinggi untuk memberikan manfaat kepada masyarakat desa dengan berbagai program yang dibutuhkan oleh masyarakat terutama peningkatan kesadaran terhadap pendidikan. Karena baginya, semua anak desa juga harus bisa merasakan pendidikan sampai di perguruan tinggi sebagaimana yang ia rasakan dan itu bukanlah hal yang mustahil.
Seiring berjalannya waktu, beberapa wilayah di Indonesia telah menjadi tempat pengabdian zaki bersama relawan senyum desa. Mulai dari Palu, lombok, kalimantan dan tentunya berbagai wilayah di jawa timur yang menjadi basis dari gerakan ini. Dalam kegiatan itu, berbagai saluran bantuan mulai dari mengajar dan menginspirasi anak-anak, pembagian paket sekolah, cek kesehatan dan pengobatan gratis, pengadaan tandon air, pelatihan kewirausahaan, penanaman pohon dan mangrove hingga berbaur dengan masyarakat lokal dilakukan sebagai wujud nyata gerak anak muda ke pelosok negeri.
Hingga saat ini, komunitas senyum desa yang ia dirikan sudah berbadan hukum berbentuk yayasan senyum desa indonesia. Tersebar di seluruh wilayah Indonesia, dengan puluhan koordinator wilayah dan kurang lebih 700 anggota telah bergabung menjadi bagian dari barisan kebaikan yang ia dirikan.(IFA)
Abdul Rozak, Pemuda Sampang Founder Senyum Desa Indonesia
×
Abdul Rozak, Pemuda Sampang Founder Senyum Desa Indonesia
Sebarkan artikel ini