PENOBATAN RADEN PRASENO SEBAGAI RAJA MADURA GELAR PANGERAN CAKRANINGRAT I
Setelah Madura di taklukkan oleh Mataram, Sultan Agung berkehendak mengangkat seorang penguasa sebagai pemimpin rakyat Madura. Beliu memandang bahwa Raden Praseno mampu memimping kerajaan Madura., di pandang baik dari segi kepribadian maupun segi jiwa kepemimpinan yang dimilikinya. Rasa tanggung jawabnyaa besar dalam menuaikan tugas tugas dan kewajiban yang di percayakan kepadanya. Pemikiran yang paling utama, Sultan Agung percaya karena kepribadiannya luhur tak mungkin mempunyai niat untuk balas dendam.
Atas pemikiran dan pertimbangan yang matang itulah Sultan Agung berkehendak mengangkat Raden Praseno menjadi raja Madura. Pucuk dicinta ulama tiba, berita gembira yang takterkira sebelumnya menjadi kenyataan. Berkat Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang telah membukaan hati Sultan Agung, sehingga beliau memutuskan untuk menobatkan Raden Praseno sebagai Raja Madura.
Maka pada tanggal 12 Rabiul Awal 1045 Hijriyah atau tanggal 23 Desember 1624 Masehi bersamaan dengan grebek Maulud yaitu peringatan Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW Raden Praseno resmi dinobatkan menjadi raja Madura dengan gelar Pangeran Cakraningrat I. Penobatannya dilakukan di Kerajaan Mataram dengan upacara kebesaran.
Sumber lain menyatakan bahwa penobatan Pangeran Cakraningrat I sebagai raja Madura hanya merupakan istilah. Maksudnya Madura dikaitkan dengan kerajaan atau wilayah kekuasaan dipakai untuk menyebut daerah meliputi Arosbaya, Blega (sekarang masuk Bangkalan), dan Sampang, dengan kata lain Pangeran Cakraningrat I mempunyai wilayah kekuasaan pada kerajaan Madura bagian barat. Namun sumber – sumber sejarah dari sebagai referensi menyatakan bahwa Pangeran Cakraningrat I sebagai penguasa atau Raja Madura yang wilayah kekuasaannya seluruh Madura meliputi Arosbaya, Blega, Sampang, Pamekasan dan Sumenep.
Kekuasaan Pangeran Cakraningrat I makin jelas, bahwa awal kekuasaannya diangkatlah Raden Anggodipo sebagai penguasa sumenep dan Jepara, masuk wilayah Demak. Ia bersaudara diangkat oleh Sultan demak Raden Patah yang merupakan keturunan Raja Majapahit, bersaudara dengan Raden ario Lembu Petteng. Diperkuat lagi perkawinannya dengan Mas Ayu Ireng, Bibi Pangeran Cakraningrat I. Pergantian kekuasaan berikut dari Raden Mas Anggodipo ke Pangeran Jayengpati, sepupu Pangeran Cakraningrat I. Pergantian penguasa tersebut menganut asas keturunan yang telah menjadi tradisi kerajaan.
Demikian pula di daerah Pamekasan yang diangkat sebagai penguasa ialah putera Tumenggung Wirosari. Sedangkan Madura di bagian barat ditangani sendiri dan mengangkat wakil kerajaan yaitu Pangeran Santomerto yaitu Pangeran Cakraningrat I.
Lagi pula sesuai dengan teks yang dibaca pada peringatan Hari Jadi Sampang pada setiap tahun bahwa Pangeran Cakraningrat I adalah Raja Madura. Penobatan Pangeran Cakraningrat I sebagai raja Madura dapat di simpulkan sebagai berikut:
1. Secara Yuridis
Raden Praseno ditetapkan menjadi raja Madura dengan gelar Pangeran Cakraningrat I, kraton dan pusat pemerintahan berada di Madegan,Sampang
2. Secara Tradisi Kultural
Telah menjadi tradisi kerajaan bahwa pengangkatan pejabat tinggi kerajaan setelah di nobatkan, dikirab sepanjang jalan kota di Mataram dengan diiringi pejabat-pejabat kerajaan, dan semua senjata pusaka kerajaan dikirap pula. Hal tersebut telah menjadi tradisi kerajaan setiap tahun.
3. Secara Sosio Kultural
Penyerahan paying kebesaran yang berwarna kuning keemasan, diserahkan langsung oleh Sultan Agung pada Raden Praseno sebagai bertanda pemberian kedaulatan untuk memimpin rakyat Madura dan pemberian uang tunai sebesar 30.000 Golden sebagai awal penyelenggaraan pemerintah.
4. Pola Pemerintah
Dalam Penyelenggaraan pemerintah di kerajaan Madura, mengambil panutan system pemrintahan kerajaan Mataram dengan membagi daerah menurut perwilayahan. Pemimpin pada perwilayahan disebut penguasa (pengusa daerah) yang sejajar dengan Bupati.
Sesuai upacara penobatan, Raden Praseno atau Pangeran Cakraningrat I diantaar ke Sampang–Madura, beberapa kerajaan Mataram. Setelah tiba di Madegan, Pangeran Cakraningrat I langsung menemui ibunya, Ratu Ibu ( Rato Ebuh). Melihat sang Putera kesayangan datang dengan pakaian kebesaran beserta pendamping para pembesar itu, sangat kaget Ratu Ibu dan para keluarganya.
Rasa gembira, syukur, haru, bercampur baur dengan perasaan masygul, takyub, penuh keheranan, dan tanda Tanya. Peluk cium melepaskan rindu diiringi isak tangis dan derai air mata yang bermuara pada kegembiraan tiada tara. Anak satu-satunya yang dikira telah di bunuh oleh musuhnya, tiba-tiba datang dengan selamat, sehat sejahtera lahir dan bathin serta diangkat menjadi pemimpin kerajaan Madura
Selanjutnya Pangeran Cakraningrat I dikirab ke seluruh pelosok di Sampang untuk di perkenalkan ke pada rakyatnya. Di Sepanjang jalan yang dilalui, rakyak mengucapkan selamat serta harapan. Secara spotan umbul-umbul bermunculan di sana sini. Kebanyakan terbuat dari janur kuning yang di selingi dedaunan, demi menghormati dan menyambut kedatangan sang Raja, Pangeran Cakraningrat I.
Mengingat masih dalam suasana Maulud Nabi Besar Muhammad SAW, Ratu Ibu menganjurkan kepada segenap masyarakat supaya peringatan itu di lakukan lebih meriah. Membaca Sholawat dan Syarofal anam secara menyeluruh, serentak di tiap-tiap Masjid, surau untuk mendapatkan Syafaat dari Nabi Muhammad SAW. Karena anjuran itu bersifat ibadah, tak seorangpun menolak kehadiran dan pengkiraban Pangeran Cakraningrat I bertepatan dengan peringatan Maulud Nabi Besar Muhammad SAW. Hal itu mengingatkan kepada umat Islam khususnya peristiwa besar kedatangan Kaum Anshor dari Mekkah ke Madinah yang dipimpin langsung oleh Rosulullah SAW, di sambut oleh kaum muhajirin di Madinah sebagai tuan rumah dengan semangat Ukhuwah Islamiyah. Lantunan qosidah Thola’al Badru’alaina an seterusnya, mengikuti langkah mereka. Sebagai ungkapan selamat, rasa Syukur, semangat persatuan guna membangun dunia dan tatanan masyarakat baru, dari kegelapan jahiliyah yang terbelenggu ke kehidupan Islamiah yang terang benderang. Agama Islam penyelamat umat yang mendapat rdho dari Allah SWT. Kesemuanya itu di lakukan semoga Allah SWT berkenan senantiasa termasuk kepemimpinan Pangeran Cakraningrat I sebagai panutan rakyat.
Kedatangan Raden Praseno dengan menyandang predikat kebesaran sebagai raja Madura yang disahkan raja Mataram, merupakan peristiwa besar dan sangat bersejarah bagi rakyat Sampang. Maka tepatlah bila penobatan Raden Praseno sebagai raja Madura, oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sampang ditetapkan sebagai hari jadi Sampang, yaitu hari yang paling bermakna bagi rakyat, karena merupakan titik kulminasi berdirinya lembaga pemerintah serta menyangkut kehidupan rakyat Sampang untuk melepaskan diri dari belenggu kegelapan dan keterbelakangan, mencapai puncak kejayaan.
Sumber: Hosnanijatun