Are’ Seka’ tercipta pada masa peristiwa bentrokan berdarah Bere’ Temor , yakni antara Madura barat yang diwakili Bangkalan dan Madura timur yang diwakili Sampang. Peristiwa berdarah yang membuat masyarakat kedua kubu tersebut untuk selalu waspada dan berjaga-jaga. Saat itulah Clurit dan pisau cap Garpu sangat popular digunakan kalangan Blateran kedua belah pihak juga masyarakat umum yang merasa was-was dengan kondisi tersebut.Peristiwa tersebut membuat seorang mantan perwira AD masa Bung Karno, Tekenek Marsidi Djoyotruno yang tinggal di Volker-Tanjung Priok terpaksa kembali pulang menjenguk keluarganya di kampong Bijjanan-Bangkalan. Disitulah ke 3 kakak beradik dan seorang sepupunya berkumpul dan membahas soal perkembangan terkini peristiwa berdarah yang banyak menelan korban jiwa dikedua belah pihak serta memakan waktu yang cukup lama. Berempat mereka membahas tentang berbagai kemungkinan dan senjata clurit yang saat itu semakin popular dari bentuk dan modivikasinya. Tahun 70-an mereka berempat yakni Marsidi, Marsilan dan Din Ajoeh Marsilem (ketiganya adalah putra-putri dari Bindereh Tekene’ Marsuden keturunan trah Ario Ahmad Bijjanan) dan M. Ali Kopok mulai melakukan serenteten penelitian dan modivikasi jurus clurit. Jurus ini tercipta dari bentuk kombinasi beberapa aliran seperti Pukulan Setekel, Akeket Macanan, Todik Bijjanan, Shantung Kuntaw dan jurus Podey Perkembangan selanjutnya, usai peristiwa berdarah tersebut, jurus ini mengalami perubahan dan penambahan khazanah tehnik baru yang di dapat dari permainan Anggar Madura (sejenis ilmu pedang) Permainan ini merupakan sumbangsih dari Mbah Sarip, seorang pendekar sahabat dari Marsidi. Jurus yang terdiri dari 10 bentuk permainan ini memiliki ciri yang sangat khas. Singkat dan praktis dengan sebuah sistim pertahanan yang rapat dan menjauh dengan bentuk serangan mematuk mirip patukan paruh burung Rajawali yang jika diartikan dalam bahasa Madura adalah Mano’ Seka’. Sejak itulah jurus ini lebih dikenal dengan sebutan Are’ Seka’ atau clurit Rajawali.
Pada masa keganasan Gank Air Laut, beberapa kali jurus ini dipakai untuk menyelamatkan dari tindak pemerasan hingga tindak penganiayaan dari mafia yang terbentuk dari orang-orang Madura tersebut. Beberapa kali bentrokan berdarah antara Marsidi dengan beberapa jawara disekitar kampung Ampel, sebuah kampung yang memiliki legenda sebagai kampung Macan juga mewarnai terbentuknya legenda sang pendekar Clurit tersebut. Demikian pula bentrokan yang menewaskan 10 nyawa yang dilakukan oleh M.Ali di sekitar RPH Pegirian, serta bentrokan berdarah yang dilakukan oleh Din Ajoen Marsilem, satu-satunya wanita dalam keluarga tersebut juga merupakan hasil manis dari kerja Are’ Seka’. Perkembangan selanjutnya jurus ini semakin tertutup, sejak munculnya Petrus yang banyak menelan korban mafia dan preman di sekitar surabaya utara, membuat kawasan tersebut aman dan jurus ini kemudian diberikan kepada dua orang penerus mereka., yakni Mas Mochamad Amien Putra tunggal Marsidi dan sepupu dari M.Ali yang bernama Mursyid.
Dari kedua penerus tersebut, hanya Mas Mochamad Amien lah yang meneruskan jejak pendekar-pendekar tersebut. Dan atas saran bibinya Din Ajoeh Marsilem serta kakak sepupunya Mursyid, jurus ini kemudian diperhalus oleh Mas Mochamad Amien dan juga disimpan dan hanya dikeluarkan beberapa bagian saja. Pada tahun 1998 silat ini diperkenalkan pertama kali kepada murid-murid Mas Mochamad Amien dalam bentuk setelen. Tahun 2001 saat lawatannya ke Toronto jurus ini diperkenalkan kepada seorang sahabat wartawannya disana. Tahun 2009 mulai diseminarkan di Surabaya dan Malang lalu pada pertengahan tahun itu, mulai merambah Jakarta