Budaya

Taradisi Mukkak Glabar

297
tradisi-mukkak glabar

Dinas Pemuda, Olah Raga dan Kebudayaan (Disporabud) Sampang, Madura, berupaya melestarikan tradisi pengantin “mukkak glabar” yakni, tradisi pengantin Madura zaman dulu yang harus dijalani sang pengantin pria.
Kasi Kebudayaan Disporabud Sampang Achmad Fudoli, Senin (10/5/2010), menyatakan, upaya melestarikan budaya pengantin mukkak glabar untuk menunjukkan kepada para generasi muda tentang budaya dan tradisi leluhur Madura yang pernah ada dan terjadi di Kabupaten Sampang secara khusus dan masyarakat Madura pada umum.

Sebab, kata Fudoli, saat ini sudah banyak generasi muda Madura yang tidak mengetahui tradisi dan budaya leluhurnya. “Padahal tradisi yang ada dan berkembang di Madura seperti tradisi mukkak glabar ini juga merupakan salah satu hazanah budaya bangsa yang ada di negeri ini,” katanya.

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

Tradisi mukkak glabar merupakan tradisi masyarakat Madura saat melakukan resepsi pernikahan. Dalam tradisi adat ini, penganten pria harus bisa melewati tujuh tirai bendera atau “glabar” dan mampu menjawab pertanyaan berbeda dari pasangan calon pengantin perempuan. Tradisi ini dilakukan sebelum pengantin pria memasuki pekarangan rumah mempelai perempuan.

Fudoli menjelaskan, tradisi mukkak glabar yang pernah ada di Madura ini sebenarnya merupakan simbol bagi kedua mempelai, bahwa untuk mengarungi sebuah rumah tangga harus melalui proses yang sangat rumit.

“Hakikatnya berumah tangga itu kan memadukan dua hati untuk membangun masa depan. Jika tidak mampu menembus berbagai rintangan, maka besar kemungkinan rumah tangga mereka akan cepat goyah,” kata Fudoli.

Di Sampang, ataupun di Madura pada umumnya, tradisi mukkak glabar dalam sebuah pernikahan sudah jarang dilakukan, sehingga generasi muda Madura sudah banyak tidak mengetahui tentang tradisi tersebut. Padahal di dalam tradisi itu mengandung-nilai filosofis kehidupan yang sangat mendalam. Entah dari mereka sesepuh – sesepuh yang sudah jarang mewariskan budaya – budaya lampau kami ataukah anak – anak muda zaman sekarang yang notabene sudah hampir dan mungkin sudah melupakan budaya – budaya pendahulunya dan disinilah harus ada penanganan yang lebih serius dari pihak – pihak terkait untuk terus melestarikan budaya – budaya masyarakat pendahulu.

“Nilai filosofis yang paling mendasar adanya upaya serius lagi pengantin laki-laki untuk bisa hidup bersama dan menyingkirkan semua bentuk hambatan kehidupan dalam rumah tangga,” katanya.
Yang menarik dalam tradisi pengantin mukkak glabar di Madura ini ialah pembacaan ikrar secara bergantian antara pengantin laki-laki dan perempuan untuk saling menerima atas kekurangan keduanya, hingga kehidupa kelak di akhirat.

“Ada pesan moral agama di tradisi mukkak glabar ini yang diucapkan kedua pasangan pengantin dan ikrar yang mereka ucapkan disaksikan orang banyak,” tutur Fudoli.

Exit mobile version