Tutup
Sejarah

Penobatan Pangeran Cakraningrat I Part2

×

Penobatan Pangeran Cakraningrat I Part2

Sebarkan artikel ini
Madegan Sampang
Madegan Sampang
RADEN PRASENO SEBAGAI TAWANAN PERANG KEMUDIAN MENJADI PUTERA ANGKAT SULTAN AGUNG
Salah seorang Raja Arosbaya yang masih tersisa adalah Raden Praseno. Saat itu usianya masih muda belia. Ayahnya adalah Pangeran Tengah, putera Panembahan Lemah Duwur wafat sebelum pecah perang dangan kerajaan Mataram. Sedangkan ibunya bernama Ratu Ibu yang masih saudara sepupu dengan suaminya (Pangeran Tengah).
Ratu Ibu bersama puteranya Raden Praseno, setelah ditinggal Pangeran Tengah, memilih menetap di Madegan, karena tempat tersebut dianggap lebih tentram dan tenang. Utamanya di dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Pada saat Sampang di taklukkan oleh Sultan Agung, Raja Mataram, Raden Praseno dijadikan sebagai tawanan perang, kemudian di jadikan abdi kraton yang harus mematuhi segala peraturan da tata krama kraton.
Raden Praseno menyadari bahwa dirinya berada di tengan Sultan Agung, Raja Mataram, pembunuh sanak saudaranya. Dalam benaknya senantiasa dihantui peristiwa tragedy berdarah yang menewaskan para penguasa Madura itu. Kendati demikian beliu selalu menepis bisikan yang menyesatkan. Beliu berjiwa besar dan tegar. Sedikitpun tidak menampakkan kesedihan apalagi melampiaskan dendam kesumat.
Ketabahan dan rasa tawakkalnya sangat tinggi menerima belenggu penderitaan yang di takdirkan kepada keluarga dan dirinya.
Dalam ketulusan hati nuraninya, yaitu tiada guna menyesal hal-hal yang lalu. Nasi sudah menjadi bubur. Mengingat sesaat tiada jeleknya untuk dijadikan bekal meraih kesuksesan gemilang di masa-masa mendatang. Hanya dengan pemikiran jernih, permohonan kepada Allah SWT yang tidak mengenal putus asa dan berupaya maksimal mengukir hari esok yang lebbih cerah.
Hari yang penuh harapan dan kemenangan. Itulahyang menjadi tiang penyangga program hidupnya.
Kepribadian luhur, perangi terpuji, sopan santun serta terampil melaksanakan tugas, tanggung jawab dan sedikitpun tidak pernah di lengahkan dan dikerjakan dengan cepat dan tepat.
Rade Praseno mampu meluluhkan hati Sultan Agung yang mau membunuhnya. Segenap penghuni keratin menaruh simpati . Bahkan tidak lagi dianggap tawanan perang dan dijadikan anak angkat Sultan Agung. Sejak itu, Raden Praseno mempunyai hak dan perlakuan sama dengan putera raja, leluasa keluar masuk istana.
Selain itu, beliu mendapat pendidikan tata krama khusus kraton, pendidikan penyelenggaraan pemerintah dan lain-lain. Kesempatan emas itu di tekuni dengan seksama dan sungguh sungguh. Siapa tahu kelak berguna dalam mengarungi samudra hidupnya, dapat melanjutkan kepemimpinan ayahnya Pangeran Tengah, raja Arosbaya.
Beliau merasakan kerinduan pada ibundanya tercinta, Ratu Ibu Madegan. Beliau selalu memanjatkan doa kepada Allah SWT agar berkenan dapat kembali berkumpul bersama ibunya. Setelah sekian lama berpisah dan tak pernah mendengar tentang ibu yang dicintainya.
Sumber: Hosnanijatun