Tutup
Seni

Tembang Macapat ( Macopat Madura )

×

Tembang Macapat ( Macopat Madura )

Sebarkan artikel ini
Tari Topeng Kaliwungu. Foto: Analyana.blogspot.com
Tari Topeng Kaliwungu. Foto: analyana.blogspot.com

Pangkur (Pangkor)

Raja onggu panremanna
Tanenmanna pon a nglebbi’I oreng
Oreng se mratane lebur
Klamon cokop landhu’na
Buwana ba’ lebba’ ka’ bungka’enna dhuluk
Nyaman bai long polongan
Panyeramanna la mare
Terjemahannya :
(Besar sekali rasa syukurnya, tanamannya sudah setinggi orang, orang yang merawat gembira, jika sudah cukup mencangkulnya, buahnya lebat sampai pohonnya meliuk, jika butuh tinggal mengambil, sebelumnya setiap saat di siram).

  1. Perak-peral mare pasa
    Tello polo are nakso e karengkeng
    Tabu’ lapar nante’ bakto
    Ta’ kenneng sarombanna
    Pangaterro maste ngala ban atellok
    Da’ ka atoranna pasa
    Buka saor se epantje
    (Asmoro, 1950 :19)
    Terjemahannya :
    (Gembira sekali setelah selesai puasa, tiga puluh nafsu ter-penjara, perut lapar menanti waktu buka, tidak bisa sembarangan, keinginan harus kalah oleh ketentuan, dan aturannya puasa, berbuka dan sahur sesuai waktu).

Tembang Pangkor ini biasanya dipakai untuk mengungkap hal-hal yang bersifat keras, seperti kemarahan, perkelahian dan perang. Meskipun tembang Pangkor identik dengan nuansa heroic, namun banyak diantara-nya memberikan gambaran yang lugas dan gamblang tentang kekerdilan manusia dihadapan Sang Pencipta.

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

Selain itu, tembang ini menyiratkan satu sisi lain tentang nilai-nilai kebahagiaan yang luar biasa pada diri manusia. Kebahagiaan tersebut dicapai karena keberhasilan menjalankan perintah-Nya. Yaitu sebuah perintah untuk menahan hawa nafsu, membersihkan hati, jiwa dan pikiran serta berbuat jujur. Kewajiban menjalankan perintah-Nya, selama sebulan penuh di bulan Ramadan yang penuh berkah.

Puasa merupakan cerminan hubungan yang paling dekat dan langsung antara manusia dengan Sang Khalik. Hal itu disebabkan seseorang yang sedang ber-puasa dituntut jujur terhadap diri sendiri, tidak berbohong, taat serta berbuat baik. Akibat yang paling mencengangkan dan menakjubkan dari orang yang ber-puasa adalah intropeksi diri. Dengan melakukan intropeksi diri, seseorang akan mampu untuk selalu jujur pada diri sendiri, orang lain dan jujur pada Tuhan-Nya.

Selain itu, syair-syair yang diguratkan dalam tembang Pangkor menyiratkan tentang perlunya manusia menjaga serta merawat lingkungannya. Dengan perawatan yang baik, maka semua yang ada di permukaan bumi ini memberikan keuntungan dan bermanfaat bagi manusia. Dari gambaran diatas dapatlah dikatakan bahwa manusia sangat bergantung kepada makhluk lainnya, sehingga keseimbangan dan ekosistem alam akan terjaga apabila manusia berlaku arif dan bijaksana ketika mengelola kekayaan yang diciptakanNya.
Makna Tersirat Dan Tersurat Tembang Macapat

(Bagian 4)

Senom (Sinom)

Saklangkong loros bungkana
Pappa bi’ tolop dha’ andhi’
Dhauna bi’ topeng padha
Buwa bannya’ raja kene’
Dha’ bungka padha nyelpe’
Ta’ asa pesa apolong
Se ngodha biru barnana
Ding towa oba koneng
Mon buwa eporrak, bigi katon kabbi
( Sastrodiwirjo)

(Pohonnya sangat lurus, pelepah dan ranting tidak punya, daunnya bisa dipakai payung, buahnya banyak besar dan kecil, bersatu melekat pada pohonnya, bersatu tidak terpisah, yang muda biru warnanya, bila tua berubah warna kuning, kalau buah sudah dibelah, biji baru kelihatan).

Mon ta’ rokon sataretan,

Pedjer apadu ban are’

Ontong tada’ rogi bada

Oreng towa lake’ bine’

Tlebet sossa mekkere

Daddina saaherrepon

Ta’ burung salbut salsal

San bada se klero diddi

Pon ta’ ngabbru atjaggik napso e lombar

(Asmoro, 1950: 18)

(Kalau tidak rukun se-saudara, pastilah bertengkar setiap hari, untung tidak rugi pasti, orang tua laki dan perempuan, sangat susah memikirkan, bagaimana akhirnya, paling tidak rusak berserakan, kalau ada yang salah mintalah maaf. Kalau tidak minta maaf, bertengkar dengan nafsu membara).
Tembang Sinom ini biasanya dipakai untuk mengungkapkan ha-hal yang bersifat romantis, baik dalam hubungannya dengan kisah percintaan ataupun hubungan antar sesama manusia. Di samping itu, bait-bait dalam tembang ini menyiratkan tentang kemampuan membangun hubungan yang harmonis dan romantis antar sesama manusia sebagai makhluk sosial. Apabila hubungan baik telah terbangun dan terjalin, maka akan terbentuk tatanan sosial yang mapan. Saling menghargai, saling tolong menolong dan bersama-sama menjaga kerukunan.

Manusia merupakan makhluk yang senantiasa lalai dan berbuat kesalahan. Oleh sebab itu pintu maaf harus senantiasa terbuka. Apalagi hidup dalam suatu masyarakat yang homogen, berbagai karakter berbaur, berbagai kepentingan saling mendahului. Maka setiap manusia hendaknya membekali diri dengan sikap toleransi dan tenggang rasa yang tinggi, mempunyai kebijaksanaan dalam bergaul sehingga tercipta kedamaian yang hakiki untuk mencapai kebahagiaan lahir maupun batin.

Menuntut ilmu agama dan mewariskan kepada generasi penerus merupakan kewajiban utama. Dengan berbekal ilmu agama, manusia mampu membentengi diri dari sifat iri, dengki dan tamak serta mampu berbuat jujur baik pada diri sendiri, orang lain serta terhadap Tuhan-Nya. Di sisi lain, tembang ini mengingatkan agar manusia senantiasa berada dalam lintasan lurus, yaitu dengan cara menjalankan semua perintah-Nya, serta menjauhi semua larangan-Nya.